RSS Subscribe

Welcome To My Blog

Kamis, 07 April 2011

HEGEMONI

Pengertian Hegemoni
Istilah hegemoni berasal dari istilah yunani, hegeisthai. Hegemoni bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada penguasa negara (pemerintah).
Dapat kita simpulkan bahwa:
·        Dalam hegemoni, kelompok yang mendominasi berhasil mempengaruhi kelompok yang didominasi untuk menerima nilai-nilai moral, politik, dan budaya dari kelompok dominan (the ruling party, kelompok yang berkuasa).
·        Hegemoni diterima sebagai sesuatu yang wajar, sehingga ideologi kelompok dominan dapat menyebar dan dipraktekkan.
·        Nilai-nilai dan ideologi hegemoni ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh pihak dominan sedemikian sehingga pihak yang didominasi tetap diam dan taat terhadap kepemimpinan kelompok penguasa.
·        Hegemoni bisa dilihat sebagai strategi untuk mempertahankan kekuasaan
 
Pembentukan Hegemoni
Gramsci (1891-1937) merupakan tokoh yang terkenal dengan analisa hegemoninya. Analisa Gramsci merupakan usaha perbaikan terhadap konsep determinisme ekonomi dan dialektika sejarah Karl Marx (lihat Das Capital Marx).
Dalam dialektika sejarah Marx, sistem kapitalisme akan menghasilkan kelas buruh dalam jumlah yang besar dan terjadi resesi ekonomi. Pada akhirnya, akan terjadi revolusi kaum buruh (proletar) yang akan melahirkan sistem sosialisme. Dengan kata lain, kapitalisme akan melahirkan sosialisme. Namun, hal ini tidak terjadi.
Gramsci mengeluarkan argumen bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh ideologi, nilai, kesadaran diri, dan organisasi kaum buruh tenggelam oleh hegemoni kaum penguasa (borjuis). Hegemoni ini terjadi melalui media massa, sekolah-sekolah, bahkan melalui khotbah atau dakwah kaum religius, yang melakukan indoktrinasi sehingga menimbulkan kesadaran baru bagi kaum buruh. Daripada melakukan revolusi, kaum buruh malah berpikir untuk meningkatkan statusnya ke kelas menengah, mampu mengikuti budaya populer, dan meniru perilaku atau gaya hidup kelas borjuis. Ini semua adalah ilusi yang diciptakan kaum penguasa agar kaum yang didominasi kehilangan ideologi serta jatidiri sebagai manusia merdeka.
Agar kaum buruh dapat menciptakan hegemoninya, Gramsci memberikan 2 cara (Strinati, 1995), yaitu melalui “war of position?(perang posisi) dan “war of movement?(perang pergerakan). Perang posisi dilakukan dengan cara memperoleh dukungan melalui propaganda media massa, membangun aliansi strategis dengan barisan sakit hati, pendidikan pembebasan melalui sekolah-sekolah yang meningkatkan kesadaran diri dan sosial. Karakteristiknya:
·        Perjuangan panjang
·        Mengutamakan perjuangan dalam system
·        Perjuangan diarahkan kepada dominasi budaya dan ideologi
Perang pergerakan dilakukan dengan serangan langsung(frontal), tentunya dengan dukungan massa. Perang pergerakan bisa dilakukan setelah perang posisi dilakukan, bisa juga tidak.

Contoh Kegiatan Hegemoni
Kegiatan MOS (masa orientasi siswa) yang dilakukan di SMA mrupakan salah satu kegiatan Hegemoni. Dimana para kakak kelas atau panitia pelaksana mos lebih mendominasi para siswa yang melakukan mos. Para kakak kelas lebih berjaya ataupun lebih di takuti oleh para siswa yang baru. Sehingga para siswa yang baru tidak berani kepada kakak kelasnya. Kakak kelasnya tentu banyak yang seenaknya memerintah ataupun menyuruh para siswa baru untuk melakukan sesuatu.
Dengan kata lain, para pelaksan atau panitia mos lebih mendominasi para siswa baru yang mengikuti mos. Dan aturan-aturan yang di tetapkan oleh para panitia semuanya harus di ikuti dan di taati oleh para iswa baru. Hal ini sama dengan ospek di kampus-kampus.
Contoh lain adalah pada saat pemerintahan presiden Soeharto. Pemerintah lebih mendominasi rakyatnya. Sehingga rakyat hanya bisa menerima kebijakan-kabijakan yang di buat oleh pemerintah. Rakyat hanya menerima apa yang di tetapkan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan oleh adanya dominasi antar pemerintah dengan rakyat. Yang mana pemerintah lebih mendominasi rakyatnya. Sehingga rakyat hanya taat dengan apa yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Meskipun kebijakan-kebijakan yang di buat oleh pemerintah tidak sesuai dengan keinginan rakyat, namun rakyat hanya bias menerima saja.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar Disini